Strategi Busuk Koalisi Ngeyel

Ketua DPP PAN Yandri Susanto mengusulkan format debat capres dan cawapres Pilpres 2019 menggunakan bahasa Inggris. Menurut Yandri, usulan itu bisa menjadi pertimbangan KPU.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon, juga menyambut positif ide itu dan menilai perubahan format debat bagus agar rakyat memiliki pertimbangan luas dalam menentukan pilihan.



"Kalau pakai bagus, kalau nggak juga nggak apa-apa. Tapi kalau ada, ya, itu berarti itu suatu kemajuan, tetapi kalau nggak, ya, nggak ada masalah. Dan pola debat menurut saya harus diubah. Harus ada debatnya yang lebih interaktif antarkandidat. Kalau ini kan debatnya kayak paparan-paparan begitu, ya.Menurut saya, biarkan saja ada debat yang rebuild-nya lebih dinamis, sehingga kita tahu pikirannya apa. Jangan ini satu menit, ini satu menit, jadi kayak main-main. Jadi, kalau kita berdebat, berdebat tuh kayak Presiden Amerika, itu bagus menurut saya"

Hinca Pandjaitan, Sekjend Partai Demokrat, juga memberi usulan soal cara debat Pilpres. "Selama ini kan cuma dikasih berapa menit di televisi, terus nanti pakai istilah saya tuh debat pakai spedometer. Jadi dibilang waktu tinggal 2 detik, ini bukan soal cerdas cermat, ini soal urusan negara, ini urusan 250 juta orang. Ini urusan besar, karena itu kami akan mengusulkan, dan kami sepakat untuk minta diberi kesempatan calon kita bicara satu jam full tentang pikiran-pikirannya."

Oke, ada beberapa hal yang mau saya komentari. Kita mulai dari yang masuk akal dulu. Debat itu beda dengan presentasi. Kalau debat memang kecepatan berpikir dan penyampaian penjelasannya harus singkat, padat, dan jelas. Seseorang itu bisa dikatakan cerdas dan kemampuan komunikasinya bagus jika bisa mengatakan sesuatu dengan penjelasan yang mudah dimengerti, tidak bertele-tele, dalam waktu singkat. Kalau soal mau memaparkan uraian program-programnya secara panjang kali lebar itu kan bisa dilakukan saat kampanye nanti. Belum lagi sekarang ada media sosial dengan keanekaragaman platformnya yang bisa dimanfaatkan. Asal jangan dipakai menyebar hoaks dan ujaran kebencian.

Toh nanti kalau mau dengar uraian yang lebih panjang dan detail, pasti akan ada acara di televisi yang mengambil kesempatan itu. Yakin deh. Entah itu acaranya Najwa, Aiman, Rosi, Karni Ilyas, siapapun. Jadi ya biarlah saja debat itu kembali ke konsep awalnya. Berdebat, dengan waktu yang singkat ditantang memaparkan, berargumen, dan menangkis serangan.

Kalau saling menjawab, berargumen, dinamis, okelah saya setuju. Tapi juga perlu batasan waktu agar serangan maupun counter yang dilempar kandidat tidak melebar ke mana-mana melainkan fokus pada poin yang ditanyakan. Kan orang kita itu begitu, kalau dikasih kesempatan ngomong senang sekali bicara lama-lama bercerita sehingga akhirnya yang harusnya cuma A, B, dan C jadi A-Z. Akhirnya substansi pentingnya justru hilang.



Terakhir soal Bahasa Inggris. Kadang saya sedih lho dengan inferioritas bangsa ini kalau soal hal-hal yang berbau bule dan ke-Inggris-Inggris-an. Ada bule ngemis ngomong "I Love Your Country" saja sudah diviralkan agar kita menolong. Padahal bule itu seharusnya prepare dana melancongnya dengan benar. Kalau ada musibah pun sudah ada jalurnya yakni ke kedutaan yang bersangkutan. Orang kita itu kebanyakan mikirnya kalau sudah menyangkut bule sudah pasti mereka wow, benar, keren, dan sebagainya termasuk soal bahasanya.

Bahasa Inggris penting, itu benar. Sebab banyak digunakan di berbagai negara. Tapi apa sih pentingnya debat Pilpres dengan Bahasa Inggris? Cuma ingin agar ada kandidat yang lulusan pendidikan asing nampak keren? Agar masyarakat yang mungkin bahkan nggak ngerti mereka bicara apa bisa nonton televisi sambil "wah keren ya bisa bahasa Inggris...."?

Anda ingat pidato JK saat penutupan Asian Games 2018? JK itu sudah menyampaikan dengan baik. Begitu saja ada yang masih mencela katanya logatnya medok banget. Lah kalau orang kita ngomong Bahasa Inggris apa ya harus aksennya British, American, atau bahkan Australian? Orang Singapura itu kalau ngomong Singlish ya aksennya begitu. India juga tetap dengan aksennya. Bahkan orang Jepang pun juga kalau ngomong nggak kedengaran bule-ish. Penasaran saya yang ngenyek terus itu kalau ngomong Inggris kira-kira seperti apa?

Nanti pun saya rasa juga demikian kalau ada debat berbahasa Inggris. Saya yakin baik Jokowi maupun Kyai Ma'ruf Amin bisa. Jokowi itu dari dulu punya relasi usaha ekspor dengan luar negeri. Lah kalau dia nggak bisa Bahasa Inggris kira-kira bagaimana ngomong dengan relasi bisnisnya? Anak-anaknya juga yang laki-laki disekolahkan di Singapura. Jokowi itu pikirannya maju dan saya yakin Beliau juga bisa. Kyai Ma'ruf malah plus Bahasa Arab mungkin. Mau itu Prabowo-Sandi ditantang sekalian debat Bahasa Arab? Kan katanya didukung Partai Allah dan barisan masuk surga.

Kita itu baiknya meniru negara-negara seperti Korea Selatan, Cina, Jepang, dan bahkan beberapa negara Eropa lain. Mereka itu mengglobal, mendunia, tapi nggak lupa dengan kultur budayanya. Bangga dengan bahasanya sendiri. Lihat saja lagu dan serial drama Korea Selatan yang bisa menggebrak berbagai negara? Mereka tetap pakai bahasa mereka. Hanya sedikit adegan yang sesuai skenario yang menggunakan bahasa asing. Dan mereka bisa lho mendobrak.

Bahasa itu identitas. Jangan kalian jadi inferior dan nyinyir soal bahasa. Mempelajarinya perlu, tapi jangan lupakan apa yang menjadi ciri bangsamu sendiri. Terlebih lagi di momen debat justru kesempatan semua warga negara Indonesia paham. Baik yang bisa bahasa Inggris maupun tidak, dari Sabang sampai Merauke.

Kalau ingin menunjukkan kandidatnya bisa Bahasa Inggris, bagaimana kalau Prabowo-Sandi nggak usah ikut Pilpres, tapi kita kirim saja lomba Spelling Bee?

#JokowiLagi

0 Response to "Strategi Busuk Koalisi Ngeyel"

✓ Jangan Lupa anda tinggalkan comment,karena Comment kalian Berharga Bagi saya
✓ Jika Blog ini Bermanfaat maka tidak ada salahnya untuk anda Share
✓ Manusia Jaman Sekarang Lebih Suka Membaca Informasi di Internet
✓ Jangan Fokus untuk memiliki Blog yang bagus,Fokuslah dalam membuat / Memposting konten konten / artikel artikel yang Bermanfaat